Seperti yang kita ketahui, beton terdiri dari beberapa material pembentuknya seperti semen, agregat kasar dan halus, air ataupun dengan bahan tambahan lainnya seperti fly ash, misalkan. Komposisi material pembentuk beton tersebut menjadi salah satu faktor dari kuat tekan beton.
Kuat tekan beton merupakan parameter untuk menyatakan nilai mutu beton. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mutu beton adalah istilah yang mengacu kepada nilai kuat tekan beton, mengingat kuat tekan dari beton menjadi karakteristik utama dari material beton. Sedangkan nilai dari mutu beton dilakukan pengujian terhadap benda uji atau sample beton dengan menggunakan alat mesin tekan.
Umumnya, mutu beton sendiri dibagi menjadi dua notasi yaitu f’c dan K. Sekarang yang menjadi pertanyaan, apa perbedaan mutu beton dengan notasi f’c dan K?
Perbedaan Notasi dan Satuan Mutu Beton
Mutu beton dengan notasi K mengacu kepada kuat tekan yang menggunakan benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm atau 20 x 20 x 20 cm pada saat pengujiannya. Satuan yang digunakan adalah kg/cm2. Contoh, beton K-150 artinya kuat tekan minimum dari beton tersebut adalah 150 kg/cm2.
Sedangkan mutu beton dengan notasi f’c, pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang menggunakan satuan MPa. Contoh, beton f’c = 25 MPa.
Konversi Mutu Beton
Jika ingin mengkonversi nilai uji kuat tekan dari K ke fc atau sebaliknya, dapat menggunakan tabel konversi perbandingan nilai kuat tekan beton berikut.
Benda Uji | Perbandingan Kuat Tekan Beton |
---|---|
Kubus (15 x 15 x 15) cm | 1,00 |
Kubus (20 x 20 x 20) cm | 0,95 |
Silinder (15 x 30) cm | 0,83 |
Untuk memudahkan, berikut contoh cara mengkonversi mutu beton dari fc ke K dan sebaliknya.
Contoh #1 – Konversi f’c ke K
Benda hasil uji silinder sebesar f’c = 25 MPa dikonversi ke hasil uji kubus (15 x 15 x 15) cm.
- \(\frac{K}{f’c} = \frac{1,00}{0,83}\)
- \(K = \frac{1,00}{0,83} \times f’c\)
- \(K = \frac{1,00}{0,83} \times 25\)
- \(K = 30,12\) \(\text{MPa} = 307,034 \) \( \text{kg/cm}^2 \)
(Dengan asumsi 1 MPa = 10,2 kg/cm2)
Contoh #2 – Konversi K ke f’c
Benda hasil uji kubus (15 x 15 x 15) cm sebesar K-250 dikonversi ke hasil uji silinder.
- \(\frac{f’c}{K} = \frac{0,83}{1,00}\)
- \(f’c = \frac{0,83}{1,00} \times K\)
- \(f’c = \frac{0,83}{1,00} \times 250\)
- \(f’c = 207,5\) \(\text{kg/cm}^{2} = 20,36 \) \( \text{MPa} \)
(Dengan asumsi 1 kg/cm2 = 0,0981 MPa)
Pada perhitungan di atas bisa dikatakan dua kali konversi. Pertama, konversi nilai dari K ke f’c dan sebaliknya. Kedua, konversi satuan dari kg/cm2 ke MPa dan sebaliknya.
Untuk lebih praktis dan umum digunakan, 1 MPa bisa diasumsikan sama dengan 10 kg/cm2 seperti pada tabel di bawah ini.
Mutu K (kg/cm2) | Mutu f’c (MPa) |
---|---|
100 | 8,30 |
150 | 12,45 |
175 | 14,53 |
200 | 16,60 |
225 | 18,68 |
250 | 20,75 |
275 | 22,83 |
300 | 24,90 |
350 | 29,05 |
400 | 33,20 |